Pagi Super Heboh
Pagiku biasa dimulai pukul lima pagi dengan bersenandungnya telepon genggam (udah bukan zamannya dering weker ya). Berberes meja, masak nasi, menyiapkan sayuran, lauk pauk untuk dimasak, mengisi empat botol minum, sambil sesekali melirik ke jam dinding. 5:30 adalah waktu membuka pintu dan menyalakan lampu kamar anak-anak. Lexi, anjing Schnauzer abu-abu kecil kami bakal langsung masuk ke kamar dan mulai menjilati kaki si Sulung yang tidur paling bawah di ranjang geret.
Tergantung tingkat kesiapan saya pagi itu, cara membangunkan anak-anak akan berbeda. Dengan nasi dan lauk yang sudah siap (tinggal dihangatkan), anak-anak akan dibelai, dicium, ditarik bangun dengan lebih santai. Apabila semuanya belum siap (!!!), lupakan belaian dan ciuman. Serentetan panggilan yang tak lama akan berganti dengan omelan akan menyapa telinga anak-anak. Mengisi empat kotak makan dengan nasi dan lauk yang isinya disesuaikan dengan selera dan ukuran tubuh pemilik kotak makan adalah d tersendiri. Kadang aku lupa siapa yang tidak suka kecap manis dan siapa yang mau ikannya ditambahi kucuran kecap manis. Lalu sambil mengurus bekal, empat piring diisi nasi untuk makan pagi. Oh, jangan lupa balik lagi ke kamar untuk membangunkan yang belum bangun. Atau yang sudah bangun tapi nyangkut di ranjang paling bawah tertidur lagi. Dan yang sudah bangun lalu tertidur tertelungkup di meja makan harus segera disuruh masuk kamar mandi!
Rumah kontrakan ini, seperti rumah lama kami (yang sekarang sedang di renovasi), hanya memiliki dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Jadi kami berenam harus bisa mengatur jadwal menggunakannya. Tentu saja di pagi hari yang sibuk, teriakan-teriakan memburu-buru akan terdengar silih berganti. Paling mengesalkan ketika jam sudah menunjukan pukul 5:45 tetapi kamar mandi masih kosong dan anak-anak masih merem di meja makan, kursi, dan ujung tempat tidur.
Ketika anak-anak sudah bergantian mandi, sambil membantu si Bungsu pakai baju, saya musti ingat siapa saja yang harus pakai baju olah raga hari ini. Atau apakah ini hari Jumat ketika semua harus memakai baju batik? Lalu sesi menyisir rambut kedua putri terkecil. Kakaknya yang kelas lima sudah pandai mengikat rambutnya dengan kuncir kuda, walau kadang dia manja ingin ikutan disisiri. Aktivitas ini pun tak luput dari permintaan mau dikuncir dua, atau tiga, atau mau lima dengan karet warna-warni (yang sudah pasti ditolak kalau waktu mepet).
Semua sudah siap, berbondong-bondong lah kita membawa tas-tas sekolah, tas-tas makan ke mobil. Saat-saat genting seperti ini, kadang ada saja anak yang tiba-tiba merasakan panggilan alam untuk BAB. Atau ada yang lupa agenda belum ditanda-tangani! Jangan lupa pianika! Dasi! Kaus kaki!
Masuk ke mobil pun super seru. Sering pakai acara rebutan tempat duduk dulu, padahal duduknya itu sudah harus berurutan sesuai umur. Kakak sulung yang turun duluan di SMP duduk di paling kanan sampai si Bungsu duduk paling kiri karena dia keluar terakhir di TK. Semua tas akan berjejalan di kursi sebelah supir. Ketika semua sudah masuk, duduk rapi, saya akan mengingatkan apa-apa saja yang mungkin tertinggal. Botol minum? Bekal? Pianika? Dasi? ID card? Dan setelah itu langsung tancap gas. Dulu sewaktu hanya tiga anak yang bersekolah, kami sudah lumayan ahli dan terbiasa, sehingga setahun kemarin, bisa berangkat sekitar pukul 6.15 dari rumah. Dengan tambahan si Bungsu sejak Juli kemarin, rata-rata kami baru bisa berangkat pukul 6.25. Masih belum terlambat memang, hanya saja jalanan menjadi lebih padat dan jalanan menuju ke gerbang sekolah sudah lebih macet.
Pagi ini, setelah menurunkan ketiga kakaknya dan menuju ke TK yang berada di gedung lain, si Bungsu bertanya, "Ma, tas Rhea mana?"
Dan otomatis mata saya terbelalak mencari ke sana sini. TIDAK ADA! Waduh dik! Langsung telepon suami. Benar saja, tasnya masih duduk manis di meja di rumah. Tapi hari gini, solusinya gampang. Tidak seperti beberapa tahun lalu ketika si Sulung ketinggalan bekal dan botol minum waktu TK, dan saya musti mengantarnya lagi ke sekolah, tadi pagi suami langsung pesan Go-Send dan tas punggung pink kecil itu sudah berada di sekolah sebelum gerbang TK ditutup. Terima kasih kemajuan teknologi!
Pukul 8 pagi, saya sudah sampai di rumah lagi. Suami langsung pergi kerja. Dan saya mulai membuat minuman hangat untuk diseruput saat kencan berdua dengan laptop di meja makan. Oh, sebentar, ternyata harus memasukan baju-baju kotor dulu ke dalam mesin cuci!
Tergantung tingkat kesiapan saya pagi itu, cara membangunkan anak-anak akan berbeda. Dengan nasi dan lauk yang sudah siap (tinggal dihangatkan), anak-anak akan dibelai, dicium, ditarik bangun dengan lebih santai. Apabila semuanya belum siap (!!!), lupakan belaian dan ciuman. Serentetan panggilan yang tak lama akan berganti dengan omelan akan menyapa telinga anak-anak. Mengisi empat kotak makan dengan nasi dan lauk yang isinya disesuaikan dengan selera dan ukuran tubuh pemilik kotak makan adalah d tersendiri. Kadang aku lupa siapa yang tidak suka kecap manis dan siapa yang mau ikannya ditambahi kucuran kecap manis. Lalu sambil mengurus bekal, empat piring diisi nasi untuk makan pagi. Oh, jangan lupa balik lagi ke kamar untuk membangunkan yang belum bangun. Atau yang sudah bangun tapi nyangkut di ranjang paling bawah tertidur lagi. Dan yang sudah bangun lalu tertidur tertelungkup di meja makan harus segera disuruh masuk kamar mandi!
Rumah kontrakan ini, seperti rumah lama kami (yang sekarang sedang di renovasi), hanya memiliki dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Jadi kami berenam harus bisa mengatur jadwal menggunakannya. Tentu saja di pagi hari yang sibuk, teriakan-teriakan memburu-buru akan terdengar silih berganti. Paling mengesalkan ketika jam sudah menunjukan pukul 5:45 tetapi kamar mandi masih kosong dan anak-anak masih merem di meja makan, kursi, dan ujung tempat tidur.
Ketika anak-anak sudah bergantian mandi, sambil membantu si Bungsu pakai baju, saya musti ingat siapa saja yang harus pakai baju olah raga hari ini. Atau apakah ini hari Jumat ketika semua harus memakai baju batik? Lalu sesi menyisir rambut kedua putri terkecil. Kakaknya yang kelas lima sudah pandai mengikat rambutnya dengan kuncir kuda, walau kadang dia manja ingin ikutan disisiri. Aktivitas ini pun tak luput dari permintaan mau dikuncir dua, atau tiga, atau mau lima dengan karet warna-warni (yang sudah pasti ditolak kalau waktu mepet).
Semua sudah siap, berbondong-bondong lah kita membawa tas-tas sekolah, tas-tas makan ke mobil. Saat-saat genting seperti ini, kadang ada saja anak yang tiba-tiba merasakan panggilan alam untuk BAB. Atau ada yang lupa agenda belum ditanda-tangani! Jangan lupa pianika! Dasi! Kaus kaki!
Masuk ke mobil pun super seru. Sering pakai acara rebutan tempat duduk dulu, padahal duduknya itu sudah harus berurutan sesuai umur. Kakak sulung yang turun duluan di SMP duduk di paling kanan sampai si Bungsu duduk paling kiri karena dia keluar terakhir di TK. Semua tas akan berjejalan di kursi sebelah supir. Ketika semua sudah masuk, duduk rapi, saya akan mengingatkan apa-apa saja yang mungkin tertinggal. Botol minum? Bekal? Pianika? Dasi? ID card? Dan setelah itu langsung tancap gas. Dulu sewaktu hanya tiga anak yang bersekolah, kami sudah lumayan ahli dan terbiasa, sehingga setahun kemarin, bisa berangkat sekitar pukul 6.15 dari rumah. Dengan tambahan si Bungsu sejak Juli kemarin, rata-rata kami baru bisa berangkat pukul 6.25. Masih belum terlambat memang, hanya saja jalanan menjadi lebih padat dan jalanan menuju ke gerbang sekolah sudah lebih macet.
Pagi ini, setelah menurunkan ketiga kakaknya dan menuju ke TK yang berada di gedung lain, si Bungsu bertanya, "Ma, tas Rhea mana?"
Dan otomatis mata saya terbelalak mencari ke sana sini. TIDAK ADA! Waduh dik! Langsung telepon suami. Benar saja, tasnya masih duduk manis di meja di rumah. Tapi hari gini, solusinya gampang. Tidak seperti beberapa tahun lalu ketika si Sulung ketinggalan bekal dan botol minum waktu TK, dan saya musti mengantarnya lagi ke sekolah, tadi pagi suami langsung pesan Go-Send dan tas punggung pink kecil itu sudah berada di sekolah sebelum gerbang TK ditutup. Terima kasih kemajuan teknologi!
Pukul 8 pagi, saya sudah sampai di rumah lagi. Suami langsung pergi kerja. Dan saya mulai membuat minuman hangat untuk diseruput saat kencan berdua dengan laptop di meja makan. Oh, sebentar, ternyata harus memasukan baju-baju kotor dulu ke dalam mesin cuci!
Comments
Post a Comment